Apa itu Ngembak Geni, Rangkaian Nyepi di Bali

Apa itu Ngembak Geni, Rangkaian Nyepi di Bali – Setelah melaksanakan upacara nyepi selama 24 jam penuh, masyarakat Hindu Bali akan melakukan prosesi Ngembak Geni. Ngembak Geni dirayakan pada pinanggal ping kalih Sasih Kadasa, yaitu hari kedua bulan kesepuluh kalender Hindu-Bali dan sekaligus mengakhiri catur brata penyepian.

Pernah disebutkan oleh Departemen Penerangan pada pemerintahan Indonesia ada semboyan yang sering dikumandangkan dengan ucapan ‘api nan tak kunjung padam’.

“Artinya semangat yang tak pernah mati. Dengan semangat yang membara atau berkobar sesuai dengan sifat api, maka setelah perayaan hari suci Nyepi sebagai pergantian tahun baru Saka bagi umat Hindu diharapkan memunculkan semangat baru setelah melakukan perenungan dengan landasan Catur Brata Penyepian”.

Secara bahasa, ngembak memiliki arti “bebas” dan geni artinya “api”. Sehingga Ngembak Geni bermakna bebas menyalakan api atau kembalinya aktivitas seperti sedia kala. Sebagaimana diketahui, pelaksanaan Catur Brata Penyepian meliputi:
  • Amati Geni (tidak menyalakan api termasuk memasak)
  • Amati Karya (tidak bekerja)
  • Amati lelungan (tidak berpergian)
  • Amati lelungan (tidak mencari hiburan).
Lalu bagaimana rangkaian Hari Raya Nyepi ini diakhiri ? Berikut ini adalah penjelasannya:

Ngembak Geni, Rangkaian Nyepi di Bali

Ngembak Geni ini merupakan prosesi atau ritual penutup rangkaian Hari Nyepi. Setiap masyarakat Hindu yang melakukan Brata penyepian, maka keesokan harinya masyarakat akan sembahyang di Pura. Di momen tersebut, umat Hindu mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Sang Hyang Widhi yang telah melimpahkan berkah luar biasa setelah melakukan catur brata penyepian. Mereka juga berdoa untuk mendapatkan keteguhan hati dan kesucian selama kurun waktu satu tahun yang akan datang.
Ritual berikutnya adalah Lungsur banten, yakni persembahan untuk Sang Hyang Widhi. Isinya biasanya berupa buah-buahan seperti pisang, jeruk, apel yang berwarna agak kekuningan, dan lain sebagainya.
Prosesi kemudian dilanjutkan dengan Sima Krama atau Dharma Santi. Dharma Santi ini serupa dengan silaturahmi. Umat Hindu akan saling mengunjungi kerabat, teman dekat, teman seprofesi, dan yang lainnya untuk saling memaafkan atas segala kesalahan yang diperbuat.
Selain untuk mendapatkan keberkahan dari Sang Hyang Widhi, Dharma Santi juga dapat menciptakan keselarasan yang berlandaskan kemanusiaan. Dengan saling memaafkan, umat Hindu akan memperoleh opitmisme untuk mengisi lembaran hidup baru.

Tradisi saat Ngembak Geni

Sumber Gambar (hotinfo3.blogspot.com)
Biasanya saat Ngembak Geni, beberapa daerah di Bali akan mengadakan berbagai pertunjukan, salah satunya omed-omedan. Omed-omedan pada dasarnya merupakan tradisi berupa dorong-mendorong dan tarik-menarik. Omed-omedan diikuti oleh remaja laki-laki dan perempuan dengan rentang usia rata-rata antara umur 16 sampai 21 tahun.
Keduanya dibagi menjadi dua baris terpisah.
Setiap kelompok memiliki ketua yang berdiri paling depan, diikuti oleh anggotanya yang memeluk pinggang teman yang ada di depannya. Permainan dimulai dengan aba-aba dari panitia. Tiap ketua kelompok menarik tangan lawannya ke arah masing-masing, yang dibantu oleh kelompoknya. Siapa yang melewati garis batas akan dianggap kalah.

Selain tradisi omed-omedan, ada juga tradisi mandi lumpur atau dikenal juga dengan Mebuug Buugan. Masyarakat Hindu percaya dengan melakukan tradisi Mebuug Buugan, maka segala dosa dan keburukan akan terbasuh bersih oleh lumpur dan bersiap menyambut kehidupan baru.

Demikianlah informasi mengenai Apa itu Ngembak Geni, Rangkaian Nyepi di Bali. Selamat merayakan hari Raya Nyepi dan Ngembak Geni bagi yang merayakan. Semoga dapat bermanfaat dan menambah informasi. Terima Kasih.

Bagikan :

Mungkin Kamu Juga Suka